Wednesday, October 15, 2008
SELAMAT JALAN SAYANG
SELAMAT JALAN SAYANG
Sebab rancanganKU bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKU, demikianlah firman Tuhan. (Yes 55:8)
Rasanya tegang sekali menantikan kelahiran anak kami yang kedua, harap-harap cemas sebab anakku ternyata sungsang hingga harus dilakukan operasi Cesar. Kulihat seorang perawat tergesa-gesa membawa tabung oksigen ke dalam ruangan menambah suasana menegangkan bagi diriku. Putraku bertanya, “Ada apa, Pa?”
“Papa tidak tahu apa yang terjadi, Phil (nama putra kami).” Jawabku dengan tegang. Proses persalinan ini terlalu lama, pikiranku sudah bercampur aduk, ada perasaan sesuatu yang buruk telah terjadi di dalam sana tetapi apa? Aku pun tak tahu apakah itu.
Dua jam kemudian, dokter spesialis kandungan keluar dari ruangan dengan wajah tegang. Melihat raut wajahnya menambah jantungku berdebar-debar, sepertinya ia pun tengah menyusun kalimat untuk disampaikan dengan berhati-hati. Ia pun lalu berbicara,” Maaf, Pak. Kami telah berusaha semaksimal mungkin namun putri Bapak meninggal akibat praeklamsi. Ia hanya bertahan selama satu jam saja. Sedang istri Bapak berhasil kami selamatkan, saat ini sedang dalam proses pemulihan. Saat mendengar kabar itu, rasanya tiba-tiba dunia di sekelilingku berhenti berputar.
Aku diizinkan untuk melihat jasad putriku, kutatap wajah mungilnya yang cantik. Air mataku menetes, sebelum ia lahir telah kupersiapkan sebuah nama baginya yaitu Regina, artinya Penasehat Raja. Putra kami sangat bersemangat menanti kelahiran adiknya, ia telah mempersiapkan ranjang adiknya dan memenuhinya dengan boneka-boneka, kami telah membeli semua perlengkapan bayi untuk menyambut kedatangannya.
Putraku terdiam dan hanya menundukkan kepala, ia saat itu baru berusia 4 tahun. Orang bilang anak seusia itu belum mengerti banyak namun aku mau katakan itu salah besar. Putraku sedih dan terpukul karena sebelum lahirpun, ia senantiasa mendambakan kehadiran adiknya.
Ada peperangan dalam batinku, mengapa hal ini harus terjadi pada diriku? Bukankah aku sudah dengan setia melayani Tuhan selama belasan tahun terakhir ini? Bukankah aku tidak hidup dalam kebiasaan dosa? Mengapa hal ini terjadi padaku sekeluarga, TUhan? Kecewa, marah, bingung dan segala perasaan lainnya bercampur aduk menjadi satu.
Dalam keadaan hati yang pedih itu, tiba-tiba aku teringat Firman Tuhan yang berbunyi,”Ucapkanlah syukur dalam segala hal”(1 Tes 5:18) dan “Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu.”(Maz 34:9).
Saat itu juga aku berdoa dihadapan Tuhan Yesus,” Tuhan, terimakasih untuk waktu satu jam yang telah Kau berikan bagi kami untuk menjadi orangtua dari Regina. Terimakasih Tuhan, sebab sekarang ia sudah ada bersama dengan Engkau di tempat yang terbaik. Tuhan titipkan salamku padanya, tolong katakan padanya bahwa Papa sayang pada Regina.”
Aku mengucap syukur istriku selamat dan dapat pulih kembali, berkumpul bersama kami kembali.
Aku tidak tahu mengapa hal ini harus kami alami tetapi iman kami pada Bapa di surga tidak lalu padam. Kami tetap percaya bahwa jalan-jalanNya itu indah bagi kami. Selamat jalan, sayang. Kami mengasihimu, sampai jumpa kembali di dalam kekekalan Bapa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment